"Jodoh: Dipilih atau Memilih?"
 Bersama Salim A Fillah di masjid UI, rabu, 17/7/2013
 
 ~Sebuah Ringkasan~
 
 Pertama
 Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa 
kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya.
 Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran, 
Maryam dan Asiyah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak 
memiliki suami, dan Asiyah adalah istri dari manusia yang sangat 
durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? No!
 
 Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting 
bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh
 kemuliaan di sisi Allah.
 
 Kedua
 Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.
 
 Ketiga
 Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi 
ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda 
rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.
 
 Keempat
 Dalam hal
 rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki 
itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah 
ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.
 
 Kelima
 Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal 
yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan
 kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.
 
 Keenam
 Dalam urusan jodoh, ta'aruf adalah proses seumur hidup. Rumus 
terpenting: jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah 
sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.
 
 Ketujuh
 Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah 
melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni Allah, ibunya, teman 
sebayanya, dan anak-anak.
 
 Kedelapan
 Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
 1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.
 2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dll. Tapi pastikan 
perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya 
tidak objektif.
 3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak 
dilarang oleh syariat. Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau 
melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensi satu: Ditolak. Tapi itu
 lebih baik daripada digantung.
 
 Kesembilan
 Bagaimana jika 
ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta 
ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu?
 Sabar itu 
memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar. Silakan pilih.
 Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya. Satu hal yang pasti,
 tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup. Pun tidak ada 
jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau 
menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.
 
 Kesepuluh
 Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak?
 Tanyakan pada hatimu: Mana diantara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga?
 
 Sekian. Semoga bermanfaat
 
 
 
  
 
 
 
  
0 comments:
Post a Comment